Gelombang Protes di COP30: Aktivis Tegaskan Darurat Iklim

Gelombang Protes di COP30: Aktivis Tegaskan Darurat Iklim

Aktivis Serbu COP30, Image: Reuters / YouTube--

sulut.disway.id - Aksi aktivis serbu COP30 menjadi pusat perhatian internasional ketika ribuan demonstran mendatangi gerbang konferensi iklim di Belem, Brasil. Para peserta membawa tiga peti mati bertuliskan Oil, Coal, dan Gas, diiringi dua figur grim reaper serta alunan terompet, drum, dan sound system besar. Protes ini lebih dari sekadar demonstrasi; menjadi simbol kemarahan publik terhadap lambannya implementasi kebijakan iklim oleh negara-negara peserta.

Intensitas Protes dan Respon Keamanan

Kehadiran massa besar membuat pihak keamanan meningkatkan pengawasan di sekitar lokasi konferensi. Aktivis menilai COP30 kerap menghasilkan janji-janji tanpa tindakan nyata. Mereka menekankan urgensi, mengingat suhu global terus meningkat, sementara industri energi fosil tetap mendapat pengaruh signifikan dalam negosiasi internasional.

Ribuan peserta bergerak sejak pagi, menyuarakan slogan “Free the Amazon” sambil mengenakan kostum teatrikal dan masker simbolik. Kelompok indigenous membawa poster “the answer is us”, menyoroti dampak langsung penggundulan hutan dan eksploitasi sumber daya pada komunitas mereka.

Aksi Teatrikal dan Pesan Moral

Kelompok teater Hydra Dance dari Federal University of Pará menampilkan aksi dramatis “pemakaman energi fosil”. Tuga Cíntia, salah satu anggota, menekankan bahwa dunia tidak bisa terus berdebat di ruang konferensi tanpa langkah konkret di lapangan. Aksi ini menyuarakan batas terakhir bagi keberlanjutan bumi dan pentingnya tindakan nyata.

Suara Indigenous dan Negara Rentan

Komunitas terpencil dan negara kepulauan juga memberikan suara mereka. Brianna Fruean dari Samoa menyatakan protes ini adalah solidaritas global, menekankan bahwa dampak perubahan iklim seperti naiknya permukaan laut dan cuaca ekstrem sudah nyata dirasakan. Banyak poster menyerukan “demarcation now” agar hak atas tanah adat diakui secara legal. Penelitian menunjukkan komunitas indigenous memiliki catatan efektif dalam menjaga hutan dibanding kebijakan negara.

Kritik terhadap Pemerintah Brasil dan Delegasi

Ketegangan meningkat karena pemerintah Brasil baru-baru ini memberikan izin eksplorasi minyak baru di Amazon. Langkah ini dianggap bertentangan dengan deklarasi Presiden Lula untuk menyelamatkan hutan selama COP30. Selain itu, data dari Kick Big Polluters Out menunjukkan lebih dari 1.600 perwakilan industri energi fosil hadir, memperkuat persepsi bahwa konferensi banyak dipengaruhi kepentingan bisnis daripada tujuan lingkungan.

Tuntutan Aktivis

Aktivis menyerbu COP30 untuk menuntut langkah nyata: transisi energi bersih, penghentian subsidi energi fosil, perlindungan wilayah indigenous, dan transparansi informasi. Mereka juga mendesak negara kaya membayar kompensasi “loss and damage” bagi negara terdampak. Protes ini bukan sekadar retorika, tetapi penegasan moral dan tanggung jawab historis dalam menghadapi krisis iklim.

Harapan dan Tantangan COP30

Meski negosiasi berlangsung hingga malam, kemajuan terasa lambat. Para pengamat menekankan perlunya keberanian politik untuk kebijakan transformatif. Gelombang protes memberikan tekanan moral yang kuat, mengingat waktu untuk mencegah kerusakan iklim semakin terbatas. Aktivis serbu COP30 mengingatkan dunia bahwa krisis ini tidak menunggu kesepakatan tertulis, tetapi membutuhkan aksi nyata sekarang.

Referensi:

  • BBC News

  • Al Jazeera Climate Division

  • UNFCCC Report Archives

  • Reuters Climate Desk

  • Kick Big Polluters Out Coalition Report

 

Sumber: