Saham Sektor Pariwisata dan Retail Tokyo Jatuh Akibat Imbauan China

Saham Sektor Pariwisata dan Retail Tokyo Jatuh Akibat Imbauan China

Efek Imbauan China, Image: Sofi5t / Pixabay--

sulut.disway.id - Saham sektor pariwisata dan retail di Tokyo mengalami penurunan tajam pada Senin, dipicu oleh imbauan dari China yang melarang warganya bepergian ke Jepang. Imbauan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik antara kedua negara terkait isu Taiwan. Dampak langsung terlihat dari pergerakan saham sejumlah perusahaan besar yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal.

Saham perusahaan kosmetik Shiseido tercatat turun hampir 10 persen. Sementara itu, Takashimaya dan perusahaan induk Uniqlo mengalami penurunan lebih dari 5 persen. Pasar merespons dengan cepat terhadap gejolak politik yang kian meningkat, menunjukkan betapa sensitifnya sektor pariwisata dan retail Jepang terhadap dinamika hubungan internasional.

China Sebagai Sumber Wisatawan Utama

China selalu menjadi salah satu penyumbang wisatawan terbesar bagi Jepang. Turis asal China memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata dan retail, mulai dari hotel, restoran, hingga pusat perbelanjaan. Kehadiran mereka juga mendukung lapangan kerja lokal serta mendongkrak konsumsi produk domestik. Oleh sebab itu, imbauan untuk tidak bepergian ini memiliki efek langsung yang terasa cukup besar pada ekonomi Jepang.

Ketergantungan ini menunjukkan kerentanan pasar Jepang terhadap faktor eksternal. Para pelaku bisnis pun harus segera menyesuaikan strategi untuk menghadapi penurunan jumlah wisatawan, baik melalui promosi domestik maupun diversifikasi target pasar dari negara lain.

Maskapai China Tawarkan Refund Penerbangan

Efek imbauan juga terlihat pada sektor transportasi udara. Beberapa maskapai besar China, termasuk China Southern Airlines, China Eastern Airlines, dan Air China, mulai menawarkan pengembalian dana untuk penerbangan menuju Jepang. Langkah ini mengindikasikan bahwa maskapai mempersiapkan diri menghadapi penurunan tajam penumpang dari pasar China.

Selain sektor pariwisata, pendidikan juga terdampak. Kementerian Pendidikan China meminta pelajar dan mahasiswa memantau situasi keamanan. Pelajar baru diminta mempertimbangkan kembali rencana studi di Jepang. Padahal, tahun lalu lebih dari 100.000 pelajar China tercatat menempuh pendidikan di Jepang, menunjukkan besarnya pengaruh demografis ini terhadap ekonomi dan hubungan bilateral.

Komentar PM Jepang dan Respons Beijing

Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, menyatakan pada 7 November bahwa Jepang dapat mengambil tindakan militer jika China menyerang Taiwan. Pernyataan ini menegaskan kesiapan Jepang menghadapi skenario “survival-threatening situation” bagi sekutu regionalnya. Status ini memungkinkan pasukan bela diri Jepang merespons jika sekutu berada dalam ancaman, mengingat jarak Taiwan hanya sekitar 100 kilometer dari pulau Jepang terdekat.

Di sisi lain, China menegaskan bahwa Taiwan adalah provinsi yang harus kembali ke kendali pemerintah pusat. Mayoritas warga Taiwan, bagaimanapun, memilih mempertahankan status quo tanpa deklarasi kemerdekaan resmi maupun penyatuan dengan China. Ketegangan ini memperburuk persepsi risiko pasar dan menimbulkan ketidakpastian di sektor ekonomi yang sangat bergantung pada aliran wisatawan asing.

Dampak Langsung ke Pasar dan Pariwisata

Sektor pariwisata dan retail Jepang menjadi korban pertama dari ketegangan geopolitik ini. Investor mulai mengambil langkah berhati-hati, mengurangi risiko dan menunda ekspansi. Efek imbauan China membuat pemulihan sektor pariwisata yang baru mulai bangkit pascapandemi kini terhambat. Hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan yang semula optimis dengan rebound wisatawan kini harus menyesuaikan strategi bisnis.

Dampak ini juga menjadi peringatan bahwa ketergantungan berlebihan pada satu sumber wisatawan dapat memengaruhi stabilitas ekonomi jangka panjang. Jepang pun dipaksa memikirkan alternatif diversifikasi pasar, termasuk menarik wisatawan dari negara lain serta meningkatkan promosi dalam negeri untuk menutupi potensi kerugian dari turis China.

Dengan demikian, gejolak politik dan diplomatik internasional memiliki efek nyata yang cepat terhadap pasar saham dan industri pariwisata. Perusahaan Jepang kini harus bergerak lebih adaptif untuk menahan dampak negatif, sekaligus menyiapkan skenario jangka panjang agar ekonomi tetap resilient terhadap dinamika global.

Sumber: