Apa Itu Disleksia: Gangguan Belajar di Mana Anak Sulit Membedakan Huruf b, d, p dan q

Apa Itu Disleksia, Image: DALLĀ·E 3--
sulut.disway.id - Saat anak mulai belajar membaca dan menulis, beberapa huruf memang tampak membingungkan.
Tapi bagaimana jika kesulitan itu terus berlangsung, bahkan ketika anak sudah berusaha keras?
Salah satu kondisi yang sering tidak disadari oleh orang tua adalah disleksia, gangguan belajar yang membuat anak kesulitan membedakan huruf-huruf yang mirip seperti b, d, p, dan q.
Yuk, kenali lebih dalam agar kamu bisa mendampingi si kecil dengan tepat.
Apa itu disleksia?
disleksia adalah gangguan belajar spesifik yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, mengeja, dan memahami kata-kata.
Ini bukan masalah kecerdasan, tetapi berkaitan dengan cara otak memproses simbol bahasa.
Anak dengan disleksia seringkali kesulitan:
-
Mengenali huruf atau kata yang serupa bentuknya
-
Membalik huruf (misalnya menulis "b" menjadi "d")
-
Membaca dengan lambat dan butuh waktu lebih lama memahami bacaan
-
Mengeja kata dengan urutan huruf yang salah
disleksia bukanlah penyakit dan tidak bisa "sembuh", tetapi anak bisa belajar mengelola dan beradaptasi dengan cara belajar yang sesuai.
Mengapa huruf b, d, p, dan q sering tertukar?
Huruf-huruf ini tergolong huruf yang cerminan satu sama lain secara visual. Bagi anak dengan disleksia, otak kesulitan membedakan orientasi bentuk, seperti kanan-kiri atau atas-bawah. Maka tak heran bila huruf:
-
b dan d
-
p dan q
-
bahkan kadang n dan u
...sering tertukar saat membaca atau menulis.
Ini bukan karena anak malas atau tidak memperhatikan. Justru, mereka bisa merasa sangat frustrasi karena sudah mencoba keras, tapi hasilnya tetap membingungkan.
Gejala disleksia yang harus diperhatikan orang tua
Berikut beberapa tanda awal yang bisa jadi sinyal disleksia:
-
Anak lambat bicara saat balita
-
Kesulitan mengingat urutan (seperti alfabet atau hari)
-
Bingung saat membaca jam analog
-
Sering menghindari kegiatan membaca
-
Mengeluh sakit kepala atau mata lelah saat membaca
-
Sulit mengeja atau mengucapkan kata panjang
Semakin cepat dikenali, semakin cepat anak bisa dibantu.
Apakah disleksia bisa didiagnosis secara resmi?
Ya, disleksia bisa didiagnosis melalui asesmen psikologis dan observasi oleh ahli, seperti psikolog anak atau terapis edukasi. Pemeriksaan meliputi:
-
Tes membaca dan menulis
-
Pengamatan cara belajar anak
-
Wawancara dengan orang tua dan guru
Diagnosis ini penting agar anak mendapat dukungan belajar yang sesuai, termasuk strategi khusus dalam membaca dan menulis.
Tips mendampingi anak dengan disleksia
Berikut beberapa hal yang bisa orang tua lakukan:
1. Hindari memberi label negatif
Jangan sebut anak "bodoh" atau "pemalas". Anak dengan disleksia justru cerdas, hanya cara belajarnya berbeda.
2. Gunakan alat bantu visual
Flashcard berwarna, buku bergambar, dan huruf timbul sangat membantu memperkuat pengenalan huruf.
3. Baca bersama setiap hari
Luangkan waktu membaca bersama dalam suasana menyenangkan. Biarkan anak mengulang kata tanpa tekanan.
4. Pilih font ramah disleksia
Gunakan font khusus seperti OpenDyslexic atau Comic Sans, yang bentuk hurufnya lebih mudah dibedakan.
5. Libatkan guru atau terapis
Diskusikan kondisi anak dengan guru di sekolah. Jika perlu, minta bantuan ahli seperti terapis okupasi atau tutor spesialis disleksia.
Anak disleksia bisa sukses, kok!
Banyak tokoh dunia yang mengalami disleksia tapi tetap sukses, seperti:
-
Albert Einstein
-
Steven Spielberg
-
Tom Cruise
-
Agatha Christie
Kuncinya adalah dukungan, kesabaran, dan pendekatan belajar yang tepat. Dengan strategi yang sesuai, anak bisa tumbuh dengan percaya diri dan meraih prestasi.
Saatnya buka mata dan hati
Sebagai orang tua, guru, atau pendamping anak, penting untuk tidak menyepelekan kesulitan membaca atau menulis. Bisa jadi itu bukan karena anak malas, tapi karena mereka menghadapi tantangan disleksia yang tak terlihat.
Dengan pemahaman yang lebih baik, kita bisa menjadi jembatan agar anak tidak hanya mampu membaca huruf b, d, p, dan q, tetapi juga membaca dunia dengan penuh percaya diri.
Sumber: