Asal-Usul Cendol: Dari Nusantara hingga Mendunia
Asal-usul Cendol. Image: Maulana C / Pixabay--
sulut.disway.id - Cendol adalah salah satu minuman tradisional yang sangat terkenal di Indonesia. Asal-usul Cendol sering menjadi pertanyaan banyak orang karena minuman ini juga populer di negara-negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia dan Thailand. Namun, jika menelusuri sejarah dan literatur, Cendol sejatinya lahir dari Nusantara, khususnya Jawa dan Sunda, jauh sebelum dikenal secara internasional.
Sejarah Nama Cendol dan Dawet
Kata Cendol berasal dari bahasa Sunda “Cendol” yang memiliki makna menggumpal atau menggelenyar ketika diminum. Nama ini merujuk pada bentuk adonan hijau yang kenyal dan terasa lembut di mulut. Sementara di Jawa, minuman ini dikenal dengan sebutan Dawet, namun bahan dan cara penyajiannya hampir sama. Dengan demikian, istilah Cendol dan Dawet sebenarnya menunjuk pada minuman yang sama, hanya berbeda penyebutan tergantung daerah.
Asal Daerah dan Bukti Literasi
Cendol banyak dikaitkan dengan budaya Jawa dan Sunda. Bukti tertua muncul dalam literatur Nusantara, antara lain:
Nama Dawet tercatat dalam Serat Centhini abad ke-19, karya sastra Jawa yang memuat kehidupan masyarakat saat itu
Dalam kamus bahasa Sunda karya Jonathan Rigg (1862), kata Cendol sudah digunakan untuk menggambarkan minuman khas Sunda
Hal ini menunjukkan bahwa Cendol sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum abad ke-19 dan telah menjadi bagian dari tradisi kuliner lokal.
Versi Cendol di Negara Lain
Meski Indonesia memiliki klaim tertua, versi serupa ditemukan di negara tetangga:
Indonesia: Cendol / Dawet, Santan, gula aren, tepung beras, bukti tertulis tertua
Malaysia: Cendol, Santan + gula melaka, minuman tradisional Melayu
Thailand: Lod Chong, Daun pandan, bentuk lebih panjang, diduga terinspirasi dari India Selatan
Perbedaan utama terletak pada jenis gula dan bentuk adonan Cendol, tetapi konsep minuman Santan manis dengan jelly hijau tetap sama.
Bahan Utama Tradisional
Cendol dibuat dari bahan-bahan alami dan sederhana, yaitu:
Tepung beras atau tepung hunkwe untuk membentuk Cendol hijau kenyal
Air pandan sebagai pewarna alami dan penambah aroma
Santan kental dari kelapa parut
gula aren cair sebagai pemanis
Saat ini, Cendol juga sering ditambahkan es serut untuk versi segar atau topping modern seperti kacang merah dan cincau, sehingga lebih variatif.
Popularitas Cendol Masa Kini
Minuman Cendol tidak hanya populer di pasar tradisional dan pedagang kaki lima, tetapi juga banyak ditemukan di kafe modern hingga festival kuliner. Cendol menjadi simbol warisan kuliner Nusantara yang tetap lestari dan diminati berbagai kalangan, baik tua maupun muda. Fenomena ini menunjukkan bahwa Cendol bukan hanya minuman tradisional, tetapi juga bagian dari identitas budaya Indonesia.
Kesimpulan
Asal-usul Cendol jelas berakar dari Nusantara, terutama Jawa dan Sunda. Kata “Cendol” berasal dari bahasa Sunda, sedangkan sebutan “Dawet” digunakan di Jawa. Minuman ini telah ada sejak abad ke-19, bahkan kemungkinan lebih lama, dan versi serupa berkembang di negara tetangga. Dari bahan alami hingga bentuk kenyalnya, Cendol tetap menjadi warisan kuliner yang mendunia, membuktikan bahwa tradisi bisa bertahan sekaligus beradaptasi dengan zaman.
Referensi:
Serat Centhini, Abad 19, Jawa
Rigg, Jonathan. A Dictionary of the Sunda Language, 1862
Suryadinata, Leo. Kebudayaan Kuliner Nusantara, 2010
Tan, Chee-Beng. Asian Food: The Global and the Local, 2004
Nasution, Agus. Sejarah Kuliner Indonesia, 2015
Sumber: