Apakah Perubahan Iklim Memicu Banjir Ekstrem di Asia? Ini Analisisnya

Apakah Perubahan Iklim Memicu Banjir Ekstrem di Asia? Ini Analisisnya

Banjir, Image: Trilemadia / Pixabay--

sulut.disway.id - Banjir ekstrem yang terjadi di beberapa negara Asia kembali memunculkan pertanyaan besar: apakah perubahan iklim menjadi penyebab utama lonjakan bencana hidrometeorologi? Peristiwa yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir telah menunjukkan pola yang dianggap tidak lagi normal, terutama karena hujan deras, tanah longsor, dan siklon tropis muncul dalam intensitas lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.

Di Indonesia, sejumlah wilayah seperti Sumatra dan Aceh dilanda banjir besar setelah hujan deras turun tanpa henti. Banyak rumah dilaporkan hancur, dan aliran air yang sangat kuat terjadi tanpa adanya tanda-tanda jeda. Sejumlah penduduk mengaku bahwa air naik hanya dalam hitungan detik, sebelum akhirnya menenggelamkan rumah dan fasilitas umum. Kondisi yang sama juga terjadi di beberapa negara Asia lainnya.

Thailand mengalami banjir parah, terutama di Provinsi Songkhla, di mana permukaan air dilaporkan naik hingga tiga meter. Curah hujan mencapai tingkat tertinggi dalam ratusan tahun. Rumah sakit kewalahan dan pemerintah terpaksa menyediakan truk pendingin karena kamar jenazah penuh. Ribuan orang terpaksa mengungsi sementara.

Malaysia juga terdampak, terutama kawasan utara yang terendam air setelah hujan intens turun selama beberapa hari. Banyak penduduk harus dievakuasi dan transportasi terganggu.

Sementara itu, Sri Lanka menghadapi tekanan dua kali lebih besar karena bencana banjir diperparah oleh siklon tropis. Negara tersebut telah menyatakan keadaan darurat setelah puluhan ribu rumah rusak dan sebagian besar wilayah mengalami pemadaman listrik.

Para pakar iklim menyebutkan bahwa fenomena ini tidak muncul secara acak. Curah hujan ekstrem dijelaskan sebagai salah satu dampak langsung pemanasan global. Udara panas menyimpan lebih banyak uap air, sehingga ketika hujan turun, intensitasnya menjadi lebih besar daripada kondisi normal. Selain itu, lautan yang semakin panas dapat memperkuat badai tropis, termasuk siklon yang terbentuk dekat wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Menurut ilmuwan iklim dari World Weather Attribution yang dikutip media internasional, pola badai yang jarang terjadi kini muncul lebih sering. Para ahli menjelaskan bahwa hubungan antara perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi semakin jelas, walaupun faktor lokal seperti tata ruang dan deforestasi tetap memperburuk keadaan.

Upaya penyelamatan masih dilakukan di sejumlah negara. Namun, kondisi cuaca yang tidak stabil membuat prosesnya lebih lambat. Ratusan orang masih dilaporkan hilang, dan otoritas setempat memperingatkan bahwa korban bisa bertambah.

Bencana yang kini terjadi di beberapa wilayah Asia memberi peringatan bahwa ancaman perubahan iklim bukan lagi konsep masa depan. Dampaknya sedang berlangsung, dan semakin banyak negara terpaksa menghadapi kenyataan bahwa cuaca ekstrem, banjir besar, serta fenomena siklon intens dapat menjadi pola baru yang terus muncul.

Jika tren ini berlanjut, para ahli mengatakan bahwa kebijakan adaptasi, sistem peringatan dini, serta mitigasi karbon harus diprioritaskan. Tanpa perubahan, peristiwa seperti ini berisiko menjadi lebih sering dan lebih mematikan.

 

Referensi
BBC News
Reuters

Sumber: