Gelombang Banjir dan Longsor Menghantam Indonesia, Thailand, Malaysia dan Sri Lanka

Gelombang Banjir dan Longsor Menghantam Indonesia, Thailand, Malaysia dan Sri Lanka

Banjir Dahsyat di Vietnam, Ilustrasi: Hermann / Pixabay--

sulut.disway.id - Asia kembali menghadapi bencana hidrometeorologi yang luas setelah hujan deras dan badai tropis menyebabkan banjir serta longsor di berbagai wilayah. Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Sri Lanka mencatat kerusakan yang signifikan, dengan ratusan korban jiwa dan jutaan orang terpaksa mengungsi. Peristiwa ini menyoroti meningkatnya risiko cuaca ekstrem yang memengaruhi kehidupan masyarakat di kawasan regional.

Fenomena ini dipicu oleh musim hujan yang sangat intens dan interaksi sistem siklon langka, yang memperburuk kondisi wilayah-wilayah rawan bencana. Para ahli meteorologi menekankan bahwa perubahan iklim global memperkuat pola badai dan meningkatkan curah hujan ekstrem, sehingga ancaman hidrometeorologi menjadi lebih sulit diprediksi.

Kerusakan dan Korban Jiwa di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling terdampak. Pulau Sumatra menghadapi banjir bandang yang merusak ribuan rumah dan infrastruktur publik. Menurut laporan BBC dan Reuters, ratusan orang masih hilang dan banyak warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Seorang warga di Aceh, Sumatra, menceritakan bahwa arus banjir datang begitu cepat hingga ia hanya sempat menyelamatkan diri. Banyak rumah dan harta benda yang hanyut tersapu arus deras, membuat masyarakat setempat menghadapi krisis darurat yang kompleks.

Thailand Mengalami Banjir Terparah dalam Satu Dekade

Thailand mencatat curah hujan rekor di beberapa provinsi selatan, dengan ketinggian air mencapai tiga meter di kota Hat Yai. Rumah sakit kewalahan menampung jenazah akibat banjir yang merendam fasilitas medis, sementara ribuan warga bertahan di pusat pengungsian tanpa listrik maupun air bersih.

Warga Hat Yai menyampaikan kepada BBC bahwa mereka terjebak dalam air selama beberapa hari sebelum bantuan tiba. Pemerintah Thailand segera menyalurkan bantuan finansial bagi keluarga korban meninggal dan memperkuat upaya pemulihan infrastruktur.

Malaysia Menghadapi Dampak Banjir yang Masif

Di Malaysia, wilayah utara seperti Perlis mengalami banjir besar akibat hujan terus-menerus. Ribuan warga dipindahkan ke tempat penampungan darurat karena rumah mereka tidak lagi aman dihuni. Meskipun jumlah korban jiwa relatif lebih sedikit dibanding negara tetangga, kerusakan properti dan gangguan aktivitas sehari-hari tetap signifikan.

Otoritas Malaysia meningkatkan sistem peringatan dini untuk mengantisipasi hujan tambahan yang diperkirakan akan terus turun di beberapa wilayah.

Sri Lanka dalam Status Darurat Nasional

Sri Lanka juga menghadapi bencana hebat setelah siklon langka dan curah hujan tinggi melanda sejumlah wilayah. Pemerintah mengumumkan status darurat nasional, dengan ribuan rumah rusak dan ratusan orang meninggal. Layanan listrik dan air bersih banyak terputus, memaksa pengungsi bergantung pada bantuan darurat dari pemerintah dan organisasi kemanusiaan.

Ahli meteorologi Sri Lanka mengaitkan bencana ini dengan siklon yang terbentuk di kawasan sekitar Malaka, memperkuat intensitas hujan dan angin kencang yang menyerang pulau tersebut.

Penyebab dan Dampak Jangka Panjang

Banjir dan longsor ini merupakan hasil kombinasi monsoon ekstrem dan aktivitas siklon tropis. Para ilmuwan mencatat bahwa perubahan iklim membuat pola hujan lebih tidak menentu, meningkatkan frekuensi banjir, tanah longsor, dan bencana terkait.

Selain dampak langsung terhadap korban jiwa dan properti, bencana ini menimbulkan tekanan ekonomi, sosial, dan kesehatan, termasuk risiko penyakit yang menyebar akibat genangan air.

Penutup

Gelombang bencana hidrometeorologi di Asia memperingatkan bahwa risiko cuaca ekstrem kini menjadi ancaman nyata bagi masyarakat di wilayah tropis. Upaya mitigasi, kesiapsiagaan warga, dan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi kunci untuk mengurangi kerugian di masa mendatang. Peristiwa ini menegaskan bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak.

 

Referensi:
BBC News
Reuters

Sumber: