Mengapa Orang Menikah meski Cinta Meredup setelah Lima Tahun Tahun?

Mengapa Orang Menikah, Image: DALLĀ·E 3--
SULUT.DISWAY.ID - Banyak orang percaya bahwa cinta menjadi pondasi utama dalam pernikahan. Namun, sejumlah penelitian justru menunjukkan bahwa rasa jatuh cinta yang membara biasanya tidak bertahan selamanya. Bahkan menurut studi dari psikolog Dorothy Tennov yang mempopulerkan istilah limerence, perasaan cinta intens biasanya hanya berlangsung sekitar 2 sampai 5 tahun. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: jika cinta memiliki masa kadaluarsa, lalu mengapa orang menikah dan tetap memilih hidup bersama dalam ikatan jangka panjang?
Pertanyaan ini menarik karena pernikahan bukan hanya sekadar urusan pribadi, tetapi juga fenomena sosial, budaya, bahkan ekonomi. Untuk memahami alasannya, kita perlu melihat pernikahan dari berbagai perspektif, mulai dari sains, psikologi, hingga tradisi masyarakat.
Daftar Isi
-
Cinta dan Ilusi Awal Hubungan
-
Fase limerence dan gairah
-
Perubahan hormon dalam hubungan
-
-
mengapa orang menikah dalam Perspektif Psikologi
-
Kebutuhan emosional dan rasa aman
-
Dukungan sosial dan kesehatan mental
-
-
Pandangan Sosiologi tentang Pernikahan
-
Fungsi sosial keluarga
-
Ekspektasi budaya dan agama
-
-
Faktor Ekonomi dan Praktis
-
Stabilitas finansial
-
Kolaborasi dalam membangun kehidupan
-
-
Studi Ilmiah tentang Pernikahan Jangka Panjang
-
Penelitian tentang kebahagiaan pernikahan
-
Data perceraian dan adaptasi pasangan
-
-
Dinamika Setelah 5 Tahun
-
Cinta bergeser menjadi komitmen
-
Peran komunikasi dalam menjaga hubungan
-
-
Pertanyaan Seputar Cinta dan Pernikahan
-
Apakah cinta cukup sebagai alasan menikah?
-
Bagaimana pasangan bahagia bertahan puluhan tahun?
-
-
Penutup
Cinta dan Ilusi Awal Hubungan
Fase limerence dan gairah
Ketika seseorang jatuh cinta, ia merasakan euforia yang intens. Psikolog Dorothy Tennov menyebut fase ini sebagai limerence, di mana pikiran hanya dipenuhi pasangan. Fase ini membuat banyak orang yakin bahwa cinta akan bertahan selamanya, padahal kenyataannya, perasaan tersebut biasanya mulai memudar setelah 2 sampai 5 tahun.
Perubahan hormon dalam hubungan
Ilmuwan menemukan bahwa pada awal hubungan, hormon dopamin, norepinefrin, dan feniletilamin memicu perasaan bahagia, semangat, dan bahkan candu. Namun seiring waktu, kadar hormon ini menurun. Sebagai gantinya, tubuh menghasilkan oksitosin dan vasopresin yang lebih berperan dalam menciptakan ikatan jangka panjang, bukan sekadar rasa berdebar.
mengapa orang menikah dalam Perspektif Psikologi
Kebutuhan emosional dan rasa aman
Alasan pertama mengapa orang menikah ialah kebutuhan akan rasa aman. Menurut teori kebutuhan Maslow, manusia mencari cinta dan rasa memiliki setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Pernikahan menjadi salah satu cara untuk mendapatkan keintiman emosional yang konsisten.
Dukungan sosial dan kesehatan mental
Penelitian Harvard Study of Adult Development yang berjalan lebih dari 80 tahun menunjukkan bahwa orang yang memiliki hubungan dekat, termasuk pernikahan yang stabil, cenderung lebih sehat dan lebih bahagia di usia tua. Dengan kata lain, pernikahan membantu memperkuat kesejahteraan mental seseorang.
Pandangan Sosiologi tentang Pernikahan
Fungsi sosial keluarga
Dalam pandangan sosiologis, pernikahan berfungsi untuk membentuk keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga tidak hanya melahirkan generasi baru, tetapi juga menjaga keteraturan sosial. Inilah sebabnya banyak masyarakat menilai pernikahan sebagai institusi penting yang wajib dijaga.
Ekspektasi budaya dan agama
Selain faktor sosial, pernikahan juga melekat erat dengan nilai budaya dan agama. Misalnya, dalam banyak tradisi, menikah dianggap sebagai bagian dari penyempurnaan hidup. Tekanan sosial sering membuat individu memilih menikah, meski cinta romantis tidak selalu menjadi alasan utama.
Faktor Ekonomi dan Praktis
Stabilitas finansial
Tidak sedikit pasangan menikah demi stabilitas ekonomi. Dengan hidup bersama, pasangan dapat saling berbagi beban finansial, merencanakan investasi, dan menabung untuk masa depan. Menurut data Pew Research Center, faktor ekonomi menjadi salah satu pertimbangan signifikan bagi banyak pasangan modern.
Kolaborasi dalam membangun kehidupan
Pernikahan juga memungkinkan pasangan untuk bekerja sama membangun tujuan bersama, seperti membeli rumah, membesarkan anak, atau merintis usaha. Ikatan pernikahan memberi legitimasi sosial yang membuat kolaborasi tersebut lebih kuat.
Studi Ilmiah tentang Pernikahan Jangka Panjang
Penelitian tentang kebahagiaan pernikahan
Studi dari National Marriage Project di University of Virginia menemukan bahwa pasangan yang memiliki komitmen kuat dan praktik komunikasi sehat cenderung tetap bahagia bahkan setelah 20 tahun pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa cinta memang bisa berubah bentuk, tetapi kualitas hubungan tetap bisa dipertahankan.
Data perceraian dan adaptasi pasangan
Di sisi lain, statistik perceraian menunjukkan bahwa banyak pasangan tidak mampu melewati masa transisi setelah 5 tahun. Namun, pasangan yang berhasil beradaptasi dan mengubah cinta menjadi komitmen jangka panjang biasanya mampu bertahan lebih lama.
Dinamika Setelah 5 Tahun
Cinta bergeser menjadi komitmen
Ketika fase awal penuh gairah berakhir, pasangan memasuki tahap cinta yang lebih dewasa. Pada tahap ini, kasih sayang, kepercayaan, dan komitmen menjadi pilar utama. Rasa cinta mungkin tidak selalu membara, tetapi ia lebih stabil dan mendalam.
Peran komunikasi dalam menjaga hubungan
Komunikasi memegang peranan vital dalam mempertahankan hubungan. Menurut penelitian John Gottman, seorang pakar pernikahan, pasangan yang mampu menyelesaikan konflik dengan komunikasi terbuka memiliki peluang lebih besar untuk tetap bersama hingga tua.
Pertanyaan Seputar Cinta dan Pernikahan
Apakah cinta cukup sebagai alasan menikah?
Cinta penting, tetapi tidak cukup. Pernikahan membutuhkan komitmen, kesepahaman, serta kemampuan mengelola konflik. Tanpa itu semua, cinta yang semula indah bisa cepat pudar.
Bagaimana pasangan bahagia bertahan puluhan tahun?
Kunci keberhasilan pasangan bahagia terletak pada adaptasi. Mereka menerima bahwa cinta berubah bentuk, dari gairah menjadi ikatan emosional dan tanggung jawab. Dengan memahami hal ini, mereka lebih mudah menjaga hubungan tetap harmonis.
Penutup
Pernikahan memang tidak selalu berlandaskan cinta yang membara selamanya. Namun, alasan mengapa orang menikah jauh lebih kompleks daripada sekadar urusan perasaan. Faktor psikologis, sosial, budaya, hingga ekonomi turut mempengaruhi keputusan seseorang untuk menikah. Pada akhirnya, cinta mungkin hanya bertahan beberapa tahun dalam bentuk yang intens, tetapi komitmen, komunikasi, dan kerja sama mampu membuat pernikahan tetap kokoh hingga puluhan tahun.
Sumber: