Memahami Apa Itu Low Emotional Intelligence dan Ciri-cirinya

Memahami Apa Itu Low Emotional Intelligence dan Ciri-cirinya

Low Emotional Intelligence, Image: DALLĀ·E 3--

sulut.disway.id - Low emotional intelligence adalah kondisi ketika seseorang memiliki kemampuan terbatas untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain.

Individu dengan Low emotional intelligence seringkali kesulitan membaca sinyal nonverbal, seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, atau nada suara. Hal ini membuat komunikasi terasa kaku dan interaksi sosial menjadi kurang efektif.

Dalam kajian psikologi, Low emotional intelligence bukan sekadar kekurangan karakter, melainkan keterampilan sosial yang belum berkembang.

Daniel Goleman dan Mayer & Salovey menekankan bahwa kecerdasan emosional mencakup empat komponen utama: kesadaran diri, pengelolaan emosi, kesadaran sosial, dan keterampilan hubungan. Ketika salah satu atau lebih komponen ini tidak berkembang, respons terhadap situasi emosional menjadi kurang tepat.

Individu dengan Low emotional intelligence biasanya memproses informasi secara literal. Mereka mendengar kata-kata tetapi gagal memahami maksud emosional di baliknya.

Misalnya, sindiran atau nada bercanda sering dianggap sebagai pernyataan biasa. Akibatnya, hubungan interpersonal terasa hambar, dan lawan bicara kerap merasa tidak didengar atau tidak dipahami.

Keadaan ini dapat muncul karena berbagai faktor, termasuk pola asuh, pengalaman sosial, dan faktor biologis. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang jarang mengekspresikan emosi atau terlalu menekankan pencapaian logis cenderung mengalami kesulitan mengenali emosi.

Secara neurologis, kemampuan ini terkait dengan interaksi antara sistem limbik, yang mengolah emosi, dan korteks prefrontal, yang menilai konteks sosial. Ketidakseimbangan pada interaksi ini membuat seseorang sulit membaca situasi emosional secara spontan.

Low emotional intelligence dapat berdampak luas, mulai dari salah paham dalam keluarga hingga konflik di tempat kerja. Orang yang memiliki kondisi ini cenderung sulit memberikan empati, respons emosionalnya tidak sesuai, dan interaksi menjadi kaku.

Namun, kemampuan ini bukan sifat permanen. Dengan latihan kesadaran diri, mendengarkan aktif, validasi emosi, dan latihan perspektif, kepekaan emosional dapat ditingkatkan.

Pemahaman tentang Low emotional intelligence penting bagi siapa saja yang ingin membangun hubungan interpersonal yang sehat, meningkatkan komunikasi, dan menciptakan lingkungan sosial atau profesional yang lebih nyaman.

Individu yang mampu mengenali emosi dan meresponsnya dengan tepat akan lebih mudah membangun koneksi, menyelesaikan konflik, dan menciptakan interaksi yang harmonis.

 

Referensi:
Daniel Goleman. Emotional Intelligence
Mayer & Salovey. Emotional Intelligence Theory and Research
Harvard Business Review. Emotional Intelligence in Leadership
American Psychological Association. Social and Emotional Learning
Verywell Mind. Emotional Awareness and Interpersonal Skills

Sumber: