Dampak Bencana Siklon Senyar Terhadap Orangutan Tapanuli di Batang Toru

Dampak Bencana Siklon Senyar Terhadap Orangutan Tapanuli di Batang Toru

Orangutan, Image: SZimmermann_DE / Pixabay--

sulut.disway.id - Orangutan Tapanuli kembali menjadi sorotan setelah kawasan Batang Toru di Sumatra Utara menunjukkan keheningan yang tidak biasa. Suara dan pergerakan primata langka yang biasanya terdengar jelas di hutan pegunungan itu kini nyaris hilang.

Sejak bencana Siklon Senyar melanda Sumatra pada 25 November, tim konservasi melaporkan bahwa mereka tidak lagi menemukan jejak Orangutan Tapanuli. Situasi ini memunculkan dugaan kuat bahwa sejumlah individu ikut terdampak banjir bandang dan longsor yang menghancurkan habitat mereka.

Kehancuran Habitat dan Ancaman Populasi

Hutan Batang Toru yang curam dan lembap merupakan tempat tinggal utama Orangutan Tapanuli. Setelah bencana, para peneliti mendapati kehancuran besar: ribuan hektare hutan hilang terseret longsor.

Analisis citra satelit mengungkapkan kerusakan pada lebih dari 4.800 hektare hutan, dengan perkiraan total mencapai 7.200 hektare. Luasnya kerusakan ini berarti sedikitnya 35 individu orangutan kehilangan tempat tinggal. Mengingat populasi total spesies ini kurang dari 800 ekor, kehilangan puluhan individu menjadi pukulan serius bagi kelangsungan mereka.

Penemuan Bangkai yang Meningkatkan Kekhawatiran

Kekhawatiran bertambah ketika tim kemanusiaan menemukan bangkai satwa yang diduga kuat Orangutan Tapanuli di Pulo Pakkat, salah satu lokasi yang terdampak parah. Bangkai tersebut tertimbun lumpur dan kayu, menunjukkan derasnya arus banjir serta longsor.

Ahli konservasi menekankan bahwa kerusakan di lereng hutan membuat primata ini tidak mungkin bergerak cepat untuk menyelamatkan diri. Biasanya orangutan bertahan di atas pohon saat hujan lebat, namun kali ini tanah longsor merobek seluruh area hutan, membuat perlindungan alami itu tidak efektif.

Risiko Genetik dan Kerentanan Ekologis

Batang Toru merupakan satu-satunya wilayah hidup Orangutan Tapanuli. Kerusakan masif pada habitat ini tidak hanya mengurangi jumlah individu, tetapi juga mengancam keragaman genetik spesies yang sudah terbatas.

Jika puluhan orangutan hilang, risiko perkawinan sekerabat meningkat, sehingga mengurangi ketahanan populasi terhadap penyakit dan perubahan lingkungan. Bencana seperti Siklon Senyar bisa menjadi titik kritis yang menentukan masa depan spesies ini.

Dampak pada Penelitian dan Strategi Pemulihan

Selain menelan korban satwa, bencana ini merusak pusat penelitian orangutan, termasuk pusat Ketambe yang menjadi rujukan ilmiah internasional selama puluhan tahun. Kerusakan mendekati total menghambat pemantauan dan upaya penyelamatan.

Meski begitu, para peneliti menekankan perlunya tindakan cepat: rehabilitasi habitat, pembangunan kembali fasilitas penelitian, dan pencarian individu yang mungkin selamat. Pemantauan menggunakan citra satelit secara berkelanjutan juga menjadi strategi penting untuk mendeteksi pergerakan orangutan ke wilayah lain.

Perlunya Intervensi Cepat dan Perlindungan Jangka Panjang

Jika dugaan bahwa puluhan Orangutan Tapanuli hilang terbukti, status konservasi mereka bisa meningkat menjadi lebih kritis. Perubahan iklim dan intensitas cuaca ekstrem membuat risiko bencana serupa lebih tinggi di masa depan.

Kawasan Batang Toru membutuhkan perlindungan ekstra, termasuk larangan pembukaan lahan yang mengurangi resapan air dan memicu longsor. Upaya konservasi harus melibatkan pemerintah, lembaga internasional, dan masyarakat lokal. Tanpa intervensi cepat, dampak ekologis dari bencana ini dapat memicu krisis kepunahan yang sulit dibalikkan.

Referensi

BBC News
The Guardian
National Geographic
Mongabay International

Sumber: