Polusi Udara India dan Dampaknya pada Anak-Anak

Polusi Udara India dan Dampaknya pada Anak-Anak

Polusi di India, Image: Akashyadav26786 / Pixabay--

finnews.id - Polusi udara India kini menjadi sorotan dunia karena semakin banyak bukti yang menunjukkan dampaknya terhadap kesehatan anak-anak. Di Delhi, ruang tunggu klinik penuh dengan orang tua yang khawatir karena anak mereka mengalami sesak napas, batuk, hingga gangguan tidur. Situasi ini membuat polusi udara India bukan hanya soal kualitas udara, tetapi juga tentang masa depan kesehatan generasi muda. Selain itu, berbagai penelitian global menegaskan bahwa anak jauh lebih rentan dibanding orang dewasa ketika terpapar polutan tinggi. Karena itu, banyak dokter memperingatkan potensi kerusakan jangka panjang yang bisa bersifat permanen.

Krisis Polusi yang Meningkat Setiap Tahun

Setiap memasuki musim dingin, polusi udara India melonjak tajam. Kombinasi emisi kendaraan, asap industri, pembakaran limbah pertanian, serta kondisi atmosfer yang stagnan membuat udara di Delhi berubah menjadi kabut pekat. Pada titik terburuk, Air Quality Index (AQI) berada di angka 300–400, atau lebih dari 20 kali batas aman dari World Health Organization. Karena itu, banyak warga merasa seperti hidup dalam asap rokok raksasa yang tidak pernah hilang.

Anak-Anak Menjadi Korban Utama

Para dokter anak melaporkan lonjakan kasus gangguan pernapasan ketika tingkat polusi meningkat. Banyak anak mengalami radang paru, batuk kronis, hingga memerlukan terapi oksigen. Polusi udara India menimbulkan ancaman besar bagi keluarga karena paru-paru anak masih berkembang. Paparan polutan dalam jangka panjang mampu merusak jaringan paru dan mengganggu fungsi pernapasan saat dewasa. Selain itu, sejumlah studi internasional menunjukkan bahwa paparan partikel PM2.5 dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan kesehatan otak anak.

Tidak hanya itu, anak-anak dari keluarga miskin menghadapi risiko lebih berat karena mereka tinggal dekat jalan raya atau kawasan industri. Mereka tidak memiliki akses masker N95, penjernih udara, atau lingkungan rumah yang aman dari paparan polutan. Karena itu, kesenjangan sosial membuat situasi menjadi semakin tidak adil.

Kisah Kecemasan Keluarga di Delhi

Ketika kabut polusi mulai muncul, banyak orang tua mulai merasa gelisah saat mendengar anak mereka batuk. Beberapa bahkan mempertimbangkan pindah ke kota lain demi kesehatan anak. Namun, banyak keluarga tidak memiliki pilihan karena pekerjaan dan kehidupan mereka terikat dengan Delhi. Maka dari itu, rasa frustrasi meningkat, terutama karena kebijakan pemerintah belum menunjukkan perubahan signifikan dari tahun ke tahun.

Kebijakan Pemerintah yang Masih Terbatas

Pemerintah India telah mencoba sejumlah langkah mulai dari pembatasan konstruksi, pembatasan kendaraan, hingga upaya hujan buatan. Namun, kondisi udara tetap tidak banyak berubah. Karena itu, banyak warga mulai mempertanyakan apakah solusi darurat cukup untuk mengatasi masalah struktural yang terjadi puluhan tahun.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Walaupun sulit, beberapa tindakan bisa membantu anak tetap terlindungi, seperti:

Gunakan masker N95 ketika anak berada di luar ruangan.

Kurangi aktivitas fisik di luar ketika AQI tinggi.

Jaga asupan air agar sistem pernapasan tetap lembap.

Lakukan pemeriksaan medis ketika gejala terus berlanjut.

Selain itu, beberapa sekolah mulai membatasi aktivitas luar ruangan dan menerapkan kelas jarak jauh. Namun, kebijakan ini hanya menguntungkan mereka yang memiliki akses teknologi. Lagi-lagi, anak-anak dari kelas pekerja tetap berada di posisi paling rentan.

Kesimpulan

Polusi udara India bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga persoalan masa depan generasi. Anak-anak tumbuh dalam kondisi udara yang tidak sehat dan penuh risiko kesehatan jangka panjang. Maka dari itu, diperlukan perubahan kebijakan besar, kesadaran sosial, dan strategi lingkungan yang berkelanjutan. Selama udara yang mereka hirup tetap penuh polutan, kesehatan dan masa depan mereka berada dalam bahaya. Karena itu, India perlu bertindak lebih berani agar anak-anak dapat tumbuh sehat, bermain bebas, dan bernapas tanpa rasa takut.

 

Referensi Internasional:
World Health Organization
BBC News
University of Cambridge Research
UNICEF Global Air Pollution Report

Sumber: