sulut.disway.id - Selama dua dekade terakhir, penelitian berbasis data satelit mengungkap perubahan drastis pada cadangan air tawar di benua Eropa. Analisis yang dilakukan oleh ilmuwan dari University College London menunjukkan tren penurunan signifikan pada air tanah, danau, sungai, hingga kelembaban tanah di sejumlah wilayah, terutama di bagian selatan dan tengah Eropa. Temuan ini memperlihatkan bahwa benua tersebut menghadapi tantangan besar terkait stabilitas pasokan air.
Salah satu temuan utama penelitian ini adalah adanya ketidakseimbangan distribusi air. Wilayah seperti Spanyol, Italia, Prancis bagian selatan, Swiss, hingga Jerman mencatat penyusutan cadangan air secara konsisten sejak awal tahun 2000. Sebaliknya, wilayah Skandinavia dan sebagian Inggris mengalami kenaikan jumlah air akibat perubahan pola curah hujan dan kondisi iklim yang lebih dingin. Ketimpangan ini memperlihatkan perubahan sistem hidrologi yang terjadi secara menyeluruh, bukan hanya fenomena cuaca musiman.
Selain perubahan distribusi, penelitian ini menemukan bahwa air tanah — sumber utama pasokan air publik di banyak negara Eropa — mengalami penyusutan yang mengkhawatirkan. Karena air tanah membutuhkan waktu yang sangat lama untuk kembali pulih secara alami, kondisi ini dapat menciptakan krisis lingkungan jangka panjang. Di beberapa wilayah, air tanah memasok lebih dari 60 persen kebutuhan masyarakat, sehingga penurunan ini berpotensi memengaruhi infrastruktur, ekonomi, serta kesejahteraan warga.
Perubahan pola curah hujan menjadi faktor penting dalam kondisi ini. Meski total hujan tahunan beberapa wilayah tidak mengalami penurunan drastis, distribusinya berubah. Hujan cenderung datang dalam intensitas sangat tinggi dalam waktu singkat, sehingga memperbesar limpasan dan menimbulkan banjir. Namun, air seperti ini gagal mengisi kembali sistem air tanah secara maksimal. Sementara itu, periode kering berlangsung lebih lama, terutama pada musim panas, dan memperburuk penyusutan cadangan air.
Selain faktor alam, peningkatan kebutuhan air turut memperberat situasi. Pertumbuhan populasi, ekspansi industri, kebutuhan pertanian, serta penggunaan air domestik terus meningkat sejak dua dekade terakhir. Ketika tingkat konsumsi lebih cepat dibanding kemampuan alam mengisi ulang sumber air, tekanan terhadap cadangan air semakin besar.
Dampaknya kini mulai terlihat dalam berbagai sektor, termasuk keamanan pangan. Wilayah selatan Eropa selama ini menjadi pemasok utama buah, sayuran, dan komoditas pertanian bagi negara-negara lain di benua tersebut. Jika ketersediaan air terus menurun, produksi pangan dapat terganggu, dan harga kebutuhan pokok berpotensi meningkat dalam jangka panjang. Selain itu, risiko kebakaran hutan, degradasi ekosistem air tawar, serta penurunan kualitas air minum menjadi ancaman berikutnya.
Sejumlah pakar mengingatkan bahwa respon cepat menjadi sangat penting. Upaya modernisasi infrastruktur air, teknologi penyimpanan, optimasi jaringan pipa, peningkatan efisiensi penggunaan air, dan pemanfaatan air daur ulang menjadi langkah yang banyak direkomendasikan. Selain itu, pendekatan berbasis alam seperti pemanenan air hujan dan restorasi ekosistem juga dinilai berperan penting untuk meningkatkan ketahanan air.
Temuan ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim tidak lagi hanya berdampak pada wilayah yang sebelumnya rentan kekeringan. Perubahan sistem hidrologi Eropa memperlihatkan bahwa ancaman ini semakin dekat dan nyata. Dengan basis data satelit yang terus merekam perubahan, para ilmuwan berharap informasi ini dapat mendorong keputusan strategis sebelum kerusakan menjadi permanen.
Kini, pertanyaan penting bagi pemerintah dan masyarakat bukan lagi apakah krisis ini akan datang, tetapi bagaimana mereka mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Referensi:
The Guardian
European Environment Agency
University College London
NASA GRACE Satellite Data