Larangan Soya di Hutan Amazon dan Ancaman Deforestasi Baru

Senin 17-11-2025,10:00 WIB
Reporter : Makruf
Editor : Makruf

sulut.disway.id - Larangan penjualan soya dari lahan yang dibuka setelah 2008 pernah menjadi garis pertahanan terpenting bagi hutan Amazon. Kebijakan ini memainkan peran sentral dalam menjaga stabilitas ekosistem terbesar dunia, sekaligus menahan laju deforestasi yang sebelumnya merajalela akibat ekspansi agrikultur. Selama hampir dua dekade, moratorium ini membantu menjaga paru-paru Bumi tetap hidup, sekaligus melindungi masyarakat adat dan keanekaragaman hayati yang unik. Namun, sekarang ancaman pencabutan aturan itu membuat masa depan hutan Amazon berada di ujung tanduk.

Sejarah Larangan Soya dan Dampaknya terhadap Deforestasi

Larangan soya pertama kali diterapkan pada 2008 melalui kolaborasi antara aktivis lingkungan, petani lokal, dan perusahaan makanan global. Greenpeace menjadi salah satu pihak yang mendorong kesadaran publik setelah menemukan keterkaitan langsung antara produksi soya dengan rantai pasok ayam cepat saji global. Implementasi moratorium ini menurunkan laju deforestasi secara signifikan hingga mencapai titik terendah pada 2012. Namun, perubahan pemerintahan, terutama pada era Jair Bolsonaro, membuka celah industrialisasi hutan yang menyebabkan deforestasi kembali meningkat. Jika larangan ini dicabut, siklus perusakan hutan berpotensi menjadi lebih agresif.

Risiko Ekologis: Tipping Point Hutan Amazon

Ilmuwan memperingatkan bahwa hutan Amazon kini mendekati tipping point—batas biologis di mana kemampuan ekosistem mempertahankan diri melemah. Penebangan pohon secara masif mengurangi produksi uap air di atmosfer, melemahkan siklus hujan, dan menurunkan regenerasi pohon. Jika batas ini terlampaui, hutan Amazon berisiko berubah menjadi sabana kering. Dampak ekologis tidak terbatas lokal, tetapi global. Hutan ini menyimpan jutaan ton karbon; ketika pohon mati dan karbon dilepaskan, krisis iklim semakin memburuk. Selain itu, perubahan pola curah hujan di berbagai benua seperti Afrika Barat, Asia Tenggara, dan Eropa akan sangat dipengaruhi oleh degradasi ekosistem Amazon.

Dampak Sosial dan Ekonomi terhadap Masyarakat Lokal

Perubahan iklim yang dipicu deforestasi memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat lokal. Petani di sekitar Santarém melaporkan musim hujan yang lebih pendek dan suhu udara meningkat. Sungai mengering, irigasi gagal, dan sumber pangan tradisional terancam. Lebih dari 30 juta penduduk termasuk masyarakat adat menghadapi risiko konflik agraria dan penggusuran paksa seiring ekspansi perkebunan. Hutan Amazon bukan sekadar sumber ekonomi; ia adalah penyangga kehidupan yang menopang manusia dan keanekaragaman hayati.

Peringatan Ilmuwan dan Tekanan Internasional

Walaupun beberapa kelompok pro bisnis menilai moratorium menghambat pertumbuhan ekonomi, organisasi global seperti WWF dan perusahaan di Inggris memperingatkan konsekuensi fatal dari pencabutan larangan. Jika aturan itu runtuh, wilayah seluas negara Portugal dapat ditebang, mempercepat krisis ekologis yang mengancam stabilitas iklim global.

Penutup: Tanggung Jawab Global untuk Hutan Amazon

Hutan Amazon bukan lagi sekadar hutan; ia adalah kunci untuk mempertahankan keseimbangan iklim planet. Mempertahankan larangan soya adalah keharusan untuk mencegah gelombang deforestasi baru, menjaga biodiversitas, dan melindungi masyarakat yang bergantung pada ekosistem ini. Tanggung jawab ada pada pemerintah Brasil, komunitas global, dan konsumen dunia. Jika kehancuran dibiarkan, yang tersisa hanya kenangan akan salah satu bentang alam paling megah di dunia.

References
World Wildlife Fund
BBC International
Large-Scale Biosphere-Atmosphere Experiment (LBA) Brazil
Greenpeace Research Department
Cargill Supply Chain Environmental Statement

Kategori :